Rabu, 18 Juli 2012

tentang ibu


Jika kita membahas mahluk Tuhan yang berlabel "Ibu", maka kita telah membahas dunia dan segala isinya. Mengapa? Karena dari sudut pandang permasalahan apapun penulis memiliki visi bahwa Ibu senantiasa ikut ambil bagian dalam setiap peristiwa yang telah kita lalui, baik sebagai subyek maupun obyek peristiwa. Terbukti, penulis ingin menuangkan artikel ini direntang waktu cukup lama, sejak medio 2008, karena dari sudut manapun memulai, terlalu puaanjang pembahasannya..dan inilah jadinya. Penulis menghaturkan mohon maaf bila terdapat kesamaan kisah, itu adalah kebetulan dan bukanlah sebuah kesengajaan. Artikel ini semata  bertujuan mengangkat motivasi pembaca, selamat berlayar, semoga berkenan...:).
Ibu adalah mahluk ciptaan Allah SWT, Tuhan sang pemilik nyawa, Sang maha kuasa atas segala sesuatu. Penulis meyakini bahwa sang khalik menciptakan Ibu dengan ramuan special istimewa, super lengkap.

Pembaca artikel ini pasti memiliki kisah-kisah menarik tentang Ibu yang tak mungkin terlupakan begitu saja...  hmm..begitu juga dengan penulis..:)

Ibu saya almarhumah..., Beliau hanya sempat menempuh pendidikan formal wajib belajar 9 tahun, itupun tidak tamat. bukan keturunan ningrat,bukan pula keluarga pejabat atau masih familinya Richie Rich si orang terkaya difilm kartun..:p. Ibu kami adalah seorang single parent yang diberi amanah mengurus 6 orang anak, memiliki sedikit bakat memasak serta keberanian mengadu nasib berniaga, mengelola kantin dilingkungan Kodam Jaya. Rasa bangga yang senantiasa penulis sematkan diruang hati untuk Ibu=mama tercinta, merupakan salah satu bantem perjuangan hidup yang penulis miliki. Betapa tidak, karena penulis hidup dari ratusan ribu bungkus nasi yang dijual Ibu kami hingga penulis dan ke lima saudara kami berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana.. (I miss U, Mom..)
Apa mungkin ya...? penulis mampu memberi kepada kedua anak kami minimal sama sperti yang sudah dialami/diterima kami dari Ibu penulis dengan penuh kasih, tulus dan ikhlas.. sehingga penulis diberi keberanian menuangkan rasa bangga terhadap Ibu=mama tercinta...
Semoga bisa, meski masa depan tidaklah pasti.. semoga rasa optimis senantiasa mengiringi masa depan..
Kembali lagi kepada mahluk Tuhan yang sering kita sebut Ibu... Dilain kesempatan diakhir minggu saya dan keluarga jalan-jalan ke sebuah town square di selatan Jakarta.
Pada liburan sekolah lalu kami rencana mau nonton film lokal nasional 'GARUDA DIDADAKU', tapi antrean panjaaang skalii..., itupun untuk pertunjukkan film terakhir pk. 21.15.. oh no! Padahal kami antre pada jam 13.00. Akhirnya kami putuskan tidak jadi menonton. Banyak sekali orangtua terutama Ibu-ibu yang mendampingi anak-anaknya kecewa tidak dapat ticket. Ada juga anak2 yang didampingi babysitter  atau supirnya saja..   Oo' ow! Ciri2 kehidupan metropolis.. dengan dalih tak ada waktu, orangtuanya tidak mendampingi. Maka jadilah babysitter dan supir berperan ganda menjadi orangtua asuh.. Dengan berbagai karakter mereka menunjukkan sikap, ada yang merayu anaknya, ada yang menghardik anak yang tidak mau tahu pokoknya hari itu juga harus nonton. Tidak ketinggalan sang "ortu asuh" yang "iyes boss" saja mendengar rengekan anak2 boss asuhannya. Mungkin karena saya sedang sadar memperhatikan tingkah mereka, saya jadi senyum kecut sendiri .. dalam hati, "galak amat sama anak sendiri.." mungkin mereka lupa proses persalinan, menyusui, hingga pandai berjalan dan tak sabar menunggu untuk sang buah hati lekas besar...dan membuatnya menjadi pintar negosiasi, termasuk dengan Ibunya.. Padahal sadar ataupun tidak kita lah orang pertama yang membentuk karakternya..
Si bungsu, anak gadis kecilku yang tidak tahan lapar, membawa jadwal dan anggaran menonton kita alihkan dengan makan di resto yang ada disana. Maklum anggaran terbatas...:). Tidak lama pramusaji beserta pesanan kami datang. Ketika asyik menikmati makanan kami, mata saya tertuju pada "tetangga" sesama tamu resto yg tepat diseberang meja kami. Tak berniat mau tahu kehidupan pribadi orang lain, namun saya hanya merasa setengah bercermin pada sang"tetangga". Keluarga itu terdiri dari seorang Ibu dengan dua anak yang lucu-lucu plus babysitter yang sedang online di laptop milik bos nya untuk membantu membuatkan PR anak tsb. Sementara sang Ibu tenggelam dibuku menu resto. "memilih menu favorit anaknya, mungkin...." dalam hati saya sok tahu.. he he..Tak sengaja penulis menguping pembicaraan "tetangga" krn anaknya merengek-rengek tidak mau ditinggal Ibunya yang mau perawatan ke salon. Setelah berhasil nego dgn sang anak, (dgn ancaman tdk boleh mengerjakan PR di mall lg kalo gak menuruti kemauan si Ibu) langsung koordinasi ini itu dgn babysitter, kemudian berlalu ke salon, kurasa...
Melihat pemandangan ini rasanya penulis agak aneh! Sebenarnya yang menikmati liburan siapa ya? Anak2 itu, sang baby sitter atau si Ibu yang mungkin sedang asyik manicure pedicure? Saya bingung, untuk apa anak2 itu pergi ke mall hanya untuk menyelesaikan PR, sambil nungguin Ibunya yang mungkin sedang facial.. lagi-lagi saya hanya bisa komentar, Oo' ow..! mengapa saya merasa setengah bercermin? Hihi... mungkin pernah kita lakukan, karena kita sibuk berperan selain peran sbg Ibu dari anak2 kita...,
Sebenarnya tidak tepat lagi bagi kita menggunakan alasan apapun untuk ke egoisan kita, hanya karena kita ibunya.. gaya hidup dengan planning time yang aneh..(psst...jangan kasih tau siapa2 ya, penulis juga pernah melakukan itu!)
Seiring perkembangan zaman, peran ibu semakin besar didalam keluarga.. karena lingkungan budaya kehidupan diluar lingkup keluarga saat ini, sangat berpengaruh terhadap sikap dan perilaku individu. Semua kembali kpd seberapa banyak kepedulian kita sbg Ibu untuk mampu menguasai perannya. Jika penulis boleh menggambarkan visi yang ada dipikiran penulis, mengapa sering terjadi kecelakaan lalulintas, terutama kendaraan roda dua.. yaa.. mungkin karena kita sbg Ibu terkadang 'bangga' melihat anak kita yang masih di bawah umur sdh bisa naik motor dan dimintain tolong kalo pagi beli bubur ayam, siang ke warung bakso sbg menu makan siang, malam beli sate atau nasi goreng, karena sang Ibu tdk sempat masak (psst...konon, katanya Ibu2 sekarang lebih senang memanjakan diri, diasuh oleh TV sepanjang hari), dgn dalih dekat dan tidak keluar komplek, tanpa helm plus lebih besar rasa 'bangga' sang Ibu ketimbang rasa khawatir akan keselamatan si anak. Padahal si anak tidak memiliki pengetahuan tentang tata tertib lalulintas..
Karena sejauh ini "slamet-slamet aja " dari petugas, sampai anak berangkat remaja dan merasa cukup umur bisa mengendarai motor ke jalan raya.
Tanpa  Surat Ijin Mengemudi (SIM) atau bahkan membuat SIM pun dengan cara instan. Jikapun ada sesuai aturan, itu hanya pada saat ujian bikin SIM saja yang lulus, namun pada prakteknya justru prememory..alias tidak pernah lulus di prakteknya...
Lalu karena terbiasa membenarkan yang 'biasa' dulu waktu kecil bagaimana cara mengendarai motor dan tidak ada yang memberitahu tatib lalin yang benar, maka akhirnya bisa kita lihat sekarang hasil 'kebanggaan'  Ibu kepada anak2nya dulu wktu kecil sudah 'pandai' mengendarai motor. Dgn dalih peghematan BBM, tanpa menyadari bahwa kita sudah menjadi contoh bagi mereka. Motor sah saja putar arah menyeberang dijembatan penyeberangan bagi pejalan kaki. Karena Ibu nya waktu mengantar si anak pada masa sekolah dasar memberi contoh putar arah ya via jembatan penyeberangan, maklum BBM mahal.. tetapi bila kita sadari, pada akhirnya solusi yang diambil justru lebih mahal dari harga BBM..
Setiap hari saya mengantar jemput sekolah anak2 saya yang jaraknya +/- 10km dari rumah. Kami harus keluar rumah maximal pk. 05.30wib, karena jika lebih 5menit saja dari itu, waduh! selain stress juga menambah dosa mengumpat kepada pengendara motor roda dua yang penulis rasa mereka punya keyakinan diberi kesempatan  hidup berkali-kali..kayak kartun nya Tom and Jerry....:D : D. Karena takut terlambat masuk sekolah maka jadi ugal2an, terutama bila pengendaranya para pelajar SMP,SMU...
Mungkin kita pengguna jalan umum lainnya dianggap malaikat, yang tahu motor itu hendak belok ke kiri atau ke kanan.. padahal hanya motor itu dan Tuhan yang tahu, kemana arah tujuan mereka. maka nya sering terjadi laka lalin.
Penulis mencoba mengangkat friksi ini semoga dapat membantu menyelesaikan sebagian kecil multi kompleks persoalan dilingkungan sekitar kita. Melalui lingkungan terkecil yaitu keluarga kita..
tentunya pembaca dapat membayangkan  bila setiap Ibu dari sebuah keluarga mampu menunjukkan kasih sayang yang benar kepada generasi penerus serta bersikap bijak dalam keluarganya... mampu secara finansial membelikan motor harus satu 'paket hebat' mampu juga memberi penjelasan aturan lalin yang berlaku. Dengan demikian saya kira iklan "Kan...! gak ada yang jaga.....?!" di negeri ini tidak lagi menjadi sentilan untuk kita, he he...
Meskipun ini masalah universal, tapi Ibu2 adalah adalah mahluk Tuhan yang diramu mampu mengatasi ini, termasuk dalam membantu membimbing anak2nya agar lebih siap dan memiliki masa depan yang lebih baik. Karena merekalah bagian dari "investasi" kita dimasa depan....look at this picture,please..
artikel_ibu_narulita.jpg
Hampir setiap hari kita melihat kendaraan motor roda 2 selalu memenuhi jalur lawan arah.. padahal ada beton pembatas, mereka menyatakan "sah"memenuhi setiap jalur.
Another story.....
Suatu waktu penulis pergi ke sebuah Mall dibilangan Jakarta Selatan.. tempat favorit penulis adalah toko buku dan toko kaset. Selain kedua tempat itu, ya semua jadi tempat favorit juga... (hehe..buat mengkhayal n cari inspirasi..), setelah selesai numpang baca di toko buku, dan mampir ke toko kaset untuk membeli album Lost highway nya Bonjovi, penulis pulang melalui pintu keluar persis dibawah Skyway ll.. tidak sengaja tertangkap mata, cukup menarik perhatian karena terjadi macet dijalur 'drop off= tempat menurunkan/menaikkan penumpang'... rupanya dua perempuan cantiq yang malas dan apatis dengan santai baru saja turun dari mobil mewahnya, tanpa menutup kembali pintu mobilnya..dan berlalu menuju mall tanpa merasa bersalah. Akhirnya pak pengemudi tua kedua perempuan cantiq (tapi apatis) itu harus turun menutup pintu mobil. Melihat itu saya cuma bisa angkat alis tinggi-tinggi... memang sich disekolah gak pernah ada pelajarannya, tapi di rumah? Masa' iya sich yang begitu gak dapat ilmunya dari rumah....?
Ooh.. mungkin waktu pelajaran itu mereka lagi gak di rumah, he he... tapi sayang yaa... jadi ngga' "eyecatching" antara penampilan dengan kelakuan.... so, akhirnya 'maklum' menjadi tameng paling kuat dech..
Kembali lagi kepada Ibu....
Penulis pernah membaca artikel yang menurut saya menarik dan sangat menyanjung mahluk Tuhan yang berlabel "Ibu".. dan merasa perlu berbagi dengan pembaca sekalian. Isinya kurang lebih demikian...;
Pada saat Tuhan sedang menciptakan Ibu,
...saat itu Tuhan sedang bekerja untuk menciptakan seorang Ibu..
Seorang malaikat menghampiri Tuhan dan berkata dengan lembut," Tuhan...banyak nian waktu yang Tuhan habiskan untuk menciptakan seorang Ibu?". dan Tuhan menjawab,"..Tidakkah kau lihat, banyak sekali ramuan yang dibutuhkan dan perincian yang harus dikerjakan...?". Tuhan kemudian menjelaskan pada malaikat.
Perincian itu antara lain:
a.     Harus waterproof, tahan air..tapi bukan dari plastik..
b.    Harus terdiri dari 2009 bagian yang lentur, lemas namun tidak lekas lelah..
c.     Ia harus bisa hidup dari sedikit teh kental dan makanan secukupnya untuk mecukupi kebutuhan anak-anaknya..
d.    Memiliki kuping yang lebar..untuk menampung keluhan anak-anaknya..
e.     Lidah yang manis ..untuk merekatkan hati yang patah, mendamaikan perselisihan..
f.     Memiliki sepasang tangan yang melayani sana-sini, mengatur segalanya menjadi lebih baik.
g.     Memiliki ciuman yang dapat menyembuhkan dan dapat menyejukkan hati anaknya.
h.     Harus ada sepasang mata dengan 3fungsi. Sepasang mata pertama, untuk menembus pintu hati yang tertutup dan bertanya," hey! apa yang sedang kaulakukan didalam situ?" , padahal sudah mengetahui apa jawabannya. Sepasang mata kedua, dapat melihat kebelakang tanpa menoleh, ...artinya ia dapat melihat apa yang sebenarnya tidak boleh dilihat. Dan fungsi sepasang mata yang ketiga untuk menatap lembut seorang anak yang mengakui kekeliruannya, dan mata itu berbicara,"saya mengerti dan saya sayang padamu". Meski tidak diucapkan sepatah katapun.
Akhirnya Tuhan menyelesaikan pekerjaannya membuat seorang Ibu... "Terlalu lunak!", malaikat berkomentar.. "tapi kuat!" seru Tuhan bersemangat.."."...Tak bisa kau bayangkan, betapa beban yang bisa ia tanggung dan menyelesaikannnya dengan aman dan tenang..",Tuhan menjelaskan.."Apakah dapat berpikir?" tanya malaikat penasaran...dan Tuhan menjawab,"Ia bukan saja dapat berpikir,..tapi juga dapat memberi ide, solusi dan berkompromi dengan siapa saja". Lalu malaikat menemukan air menetes dari mata Ibu,"Ada apa dan mengapa air menetes dimatanya?" tanya malaikat kemudian. Tuhan menjawab,"Itu adalah air mata.. Air mata kesenangan, air mata kesedihan, air mata cinta, air mata kasih sayang, air mata kebanggaan,dan air mata...". Akhirnya malaikat menyimpulkan," jika
manusia mau dicintai dan disayangi, maka cintai dan sayangi Ibumu.."
Realitas yang ada membuktikan bahwa kwalitas seorang Ibu, bergantung dengan pengetahuan, informasi, dan ketrampilan yang dimilikinya.
Dalam meraih kesuksesan dengan multi fungsi dan peran yang diembannya, menuntut sang Ibutidak sekedar bekerja keras, namun juga bekerja cerdas (baca=kreatif).
Penulis setuju dengan ungkapan seorang penyair demikian,"Seorang Ibu adalah sebuah sekolah. Jika engkau persiapkan ia dengan baik maka sungguh engkau telah mempersiapkan sebuah generasi yang unggul".
Penulis dengan segala kerendahan hati, dgn begitu banyak kekurangan didalam peran penulis sebagai seorang Ibu, telah memberanikan  diri menuangkan ini dengan  tidak berniat untuk menyudutkan apalagi menggurui Ibu manapun.
Penulis  mengangkat hal ini sebagai motivasi semata, karena merupakan  pekerjaan rumah yang tak pernah selesai bagi kita kaum Ibu. Ceriwis adalah kodrat bagi seorang Ibu. Mengapa tidak, bila itu dilakukan untuk setiap kebaikan? Yaa...! Mari kita kerjakan "PR" kita...
Dan sesungguhnya perlu diketahui mahluk lain, bahwa Ibu tak mampu menyelesaikan ini seorang diri...(tolong Bantu kami yaa...). Dan bantuan dalam bentuk apa aja diterima koq, yaa tooch Bu?! (pake gaya Mbah Surip, alm.)
Whoever you are, I Love U full Mom.. Selamat hari iniJ
U use idea n' chance,..:)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar